Sistem rem anti terkunci atau anti-lock braking sistem (ABS)
merupakan sistem pengereman pada mobil agar tidak terjadi penguncian roda
ketika terjadi pengereman mendadak/keras.ABS merupakan sistem pengereman yang
didesain untuk menghindari terjadinya selip (skidding) karena roda terkunci
(locked) pada saat pengereman yang mana hal ini akan dapat menimbulkan bahaya
karena roda yang selip akan menyebabkan kendaraan tidak dapat dikendalikan.
Roda yang selip juga akan dapat memperpanjang jarak pengereman, karena
koefisien gesek ban yang selip lebih kecil daripada ban yang menggelinding.
Sistem ini bekerja apabila pada mobil terjadi pengereman keras
sehingga salah sebagian atau semua roda berhenti sementara mobil masih melaju,
membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Ketika sensornya mendeteksi ada
roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan,
lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat
cepat, bisa mencapai 15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat
dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
Jika permukaan jalan saat pengereman tidak rata, roda2 yang
mengalami selip akan mudah terkunci dan mobil akan berputar putar . namun
dengan sistem ABS mobil akan tetap stabil sampai mobil tersebut berhenti.
Perbandingan pengereman kendaraan yang tidak menggunakan rem ABS dan
yang menggunakan rem ABS
Sejarah singkat mengenai ABS
1.
1952 ABS untuk kapal terbang oleh Dunlop
2.
1969 Rear-wheel-only ABS oleh Ford &
Kelsey Hayes
3.
1971 Four-wheel ABS oleh Chrysler &
Bendix
4.
1978 Produksi massal Bosch ABS Systems
dengan Mercedes Benz
5.
1984 Sistem terpadu ABS oleh ITT-Teves
6.
Sejak awal tahun 1990 ABS mulai
ditawarkan ke mobil ukuran kecil dan menengah karena biaya sudah murah dan
untuk menambah efisiensi
Anti-lock Brake System
dirancang untuk mencegah terjadinya penguncian roda (wheel lockup) saat
pengeman mendadak di segala medan jalan. Hasil saat pengeraman adalah:
1. Mobil
tetap stabil
2. Arah
kemudi stabil (Vehicle Stability)
3. Mengerem
lebih cepat (jarak pengereman lebih dekat, kecuali jalan tanah, bersalju)
4. Penguasaan
kontrol kendaraan menjadi maksimal (tinggat kestabilan)
B.
Komponen Utama Sistem ABS
Sistem ABS merupakan
kombinasi dari sistem elektronik dan hidrolik untuk mengatur pengereman masing-masing roda agar menghindari roda terkunci. Komponen utama ABS secara
umum adalah:
1.
Speed sensor
Masing roda, informasi ini diperlukan agar sistem dapat mengetahui roda
mana yang sedang akan terkunci. Speed sensor ini dapat terpasang terpasang pada
setiap roda, atau ada juga yang dipasang pada diferensial.masing-masing roda
agar menghindari roda terkunci.
2.
Valve
Terdapat sebuah valve pada open
masing-masing rem yang dikontrol oleh ABS, valve ini memiliki tiga posisi:
1)
Valve terbuka (open), tekanan dari master cylinder
diteruskan langsung ke rem.
2)
Valve menutup jalur dan mengisolasi rem roda yang
bersangkutan sehingga mencegah tekanan terus meningkat pada saat rem ditekan
lebih kuat.
3)
Valve melepaskan (release) tekanan pada rem.
3. Pump
Valve
melepaskan tekanan pada rem, oleh karena itu maka harus ada alat yang
mengembalikan tekanan pada rem, dan inilah fungsi dari pompa tersebut.
4. ABS Controller / Computer
ABS
terdiri dari wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi kecenderungan
suatu roda mengalami penguncian, HCU (Hydraulic Control Unit) mensuplai tekanan
rem ke setiap roda berdasarkan output signal dari ABSCM (control module).
Dari
sinyal wheel speed sensor, ABSCM akan menghitung dan memperkirakan akselerasi,
deselerasi dan slip rasio, pengaturan solenoid valve dan return pump, gunanya
adalah adalah untuk mencegah terjadinya wheel lock-up. ABSCM dapat mengatur
sistem monitoring pada sirkuit dan mematikan dirinya sendiri apabila sistem
mengalami kegagalan. Pengemudi dapat mengetahui adanya kegagalan sistem pada
ABS apabila lampu peringatan ABS menyala.
C. Prinsip Kerja ABS
Salah
satu algoritma cara kerja dari sistem ABS secara sederhana adalah dengan
memonitor speed sensor pada roda sepanjang waktu untuk mencari terjadinya
perlambatan (deceleration) yang tidak wajar. Tepat sebelum terkunci, roda akan
mengalami perlambatan yang sangat cepat. Apabila dibiarkan, roda akan berhenti
jauh lebih cepat dari mobil, misalnya mobil yang bergerak dengan kecepatan 60
mil per jam akan berhenti dalam 5 detik, namun roda yang terkunci akan berhenti
berputar dalam waktu kurang dari 1 detik. ABS Controller kemudian membaca
perubahan yang “tidak mungkin” ini dan mengurangi tekanan (release) pada rem
tersebut sampai kembali terjadi akselerasi dan kemudian meningkatkan
tekanan(pumpi ng) lagi sehingga menimbulkan deselerasi lagi. Sistem ABS dapat
bekerja dengan sangat cepat dalam melakukan siklus tersebut, sebelum roda
mengalami perubahan kecepatan yang signifikan. Hal ini menyebabkan roda
melambat dengan perlambatan yang sama dengan mobil, dengan rem menjaga roda
sangat dekat dengan titik dimana roda akan mulai terkunci (lock up). Kondisi
ini menghasilkan daya pengereman yang maksimum pada sistem, begitu juga hal ini
dapat menjaga roda terus berputar sehingga tetap dapat dikendalikan.
Kesimpulannya, prinsip utama dari sistem ABS adalah
mengontrol kecepatan putaran roda dengan cara mengontrol tekanan pada jalur sistem pengereman.
Dengan demikian dicapai kondisi dimana roda sedang tepat sebelum terkunci, yang
mana akan menghasilkan pengereman yang paling efektif.
Ditinjau dari sistem
kontrolnya, sistem kontrol traksi merupakan sistem yang mampu mempertahankan
ratio slip diantara ban dan permukaan jalan dengan cara mengontrol
peralatan-peralatan guna memberikan perlawanan percepatan terhadap perubahan
kondisi permukaan jalan. Peralatan itu tersebut, yaitu:
1. Kontrol Torsi Engine, berfungsi
mempertahankan kondisi steady state plant.
2. Kontrol Torsi Pengereman, mencegah
keberadaan torsi dengan memberikan gaya gesek yang berbeda di antara kedua roda
penggerak.
Sistem kontrol traksi
direncanakan untuk mencegah roda melintir dengan gaya akseleratif yang tinggi,
dan pemasarannya telah mulai dilakukan sejak tahun 1987. Kraf (1990),
Rittmanssberger (1998), Kiyotaka (1991), menyatakan bahwa antiskid controller
mengatur roda slip dengan torsi pengereman, biasanya pada keempat rodanya. W
Shields Neeley (1994), menyatakan bahwa peren canaan kontrol slip dengan NeuFuz
dapat dilakukan untuk sistem kontrol traksi dan sistem ABS.
Armin Czinczel (1991)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa kebutuhan akan sistem kontrol traksi untuk
kendaraan FWD merupakan optimisasi traksi. Oleh karena itu sistem torsi
pengereman sangat diperlukan. Tatsuhiko Abe (1996) melakukan penelitian sistem
kontrol traksi dengan HTCS (Hybrid Traction Control System) yang menawarkan
kinerja dalam hal memperbaiki TCS dengan EIB (Engine Inertia Brake).
Komponen-Komponen Kontrol
Traksi tersebut meliputi :
1.
Wheel Speed sensor, sensor yang memberikan informasi
kepada ABS untuk ditindak lanjuti.
2.
ECU (Electronic Control Unit) Input amplifier IC
menerima sinyal dari wheel speed sensor,
3.
sinyal frekwensi tersebut memberi perintah tentang
kecepatan roda penggerak. Microcontrollernya akan memproses sinyal-sinyal
percepatan dan kecepatan roda penggerak. Datadata ini akhirnya akan menyiapkan
basis perhitungan dalam menentukan nilai akhir yang dibutuhkan untuk kendali
slip.
4.
Hydraulic Unit
5.
Electronic throttle control actuator
6.
Simplified throttle control actuator
7.
Fuel injection dan ignition control (Pengurangan
tekanan pompa mesin secara perlahan-lahan).
D. Jenis-jenis ABS
1. 4-SENSOR 4-CHANNEL
Jenis ABAS ini
mempunyai empat wheel sensor dan 4 hydraulic control channel dan masingmasing mengontrol
secara tersendiri. Sistem ini mempunyai tingkat keamanan dan jarak pemberhentian
yang lebih pendek di berbagai macam kondisi jalan. Namun apabila permukaan jalannya
licin, besar gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan mengakibatkan
terjadi gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan.
Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS memasukkan
satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil, di berbagai
macam kondisi jalan.
2. 4-SENSOR 3-CHANNEL
Dipakai untuk
mobil FF (Front engine Front driving), kebanyakan berat kendaraan terpusat di
roda depan dan berat titik tengah kendaraan saat direm juga berpindah ke depan
hampir 70%, gaya pengereman ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah
kebanyakan tenaga pengereman dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS
bisa efektif, maka diperlukan pengaturan tersendiri (independent control) pada
roda depan. Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit,
juga sangat penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman.
Karena itulah
apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan yang licin, maka
independent control pada roda belakang mengatur agar gaya pengereman roda2
belakang tidak merata sehingga mobil mengalami yawing. Untuk menhindari gerakan
yawing ini dan untuk menjaga agar mobil tetap aman saat ABS bekerja di berbagai
kondisi jalan, maka tekanan rem roda belakang diatur berdasarkan kecenderungan
roda mana yang mengalami lock-up. Konsep pengaturan ini dikenal dengan
‘Select-low control’.
3. 3-SENSOR 3-CHANNEL
Mobil yang
dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem kontrol ABS jenis ini. 2 channel
untuk roda depan dan satunya lagi untuk roda belakang. Roda belakang dikontrol bersama
dengan select low control logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2
channels (2 brake port di dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang
dikarenakan masing-masing roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.
4. 1-SENSOR 1-CHANNEL
Dipakai Untuk mobil yang dilengkapi dengan
H-bake line system, hanya untuk mengontrol tekanan roda belakang. Pada rear
diffirential dipasang satu wheel speed sensor yang berfungsi untuk mendeteksi
kecepan roda. Cara kerjanya adalah saat dilaukan pengeraman mendadak roda depan
akan terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti
pada permukaan jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan bertambah
jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar